Bincang Pemilu 2024: Be Literate, Perangi Hoax Pemilu

Bincang Pemilu 2024: Be Literate, Perangi Hoax Pemilu

Dua hari menjelang Pemilu 2024, UPT Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) berkolaborasi dengan Perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS) untuk mengadakan Bincang Pemilu pada Senin (12/2) yang disiarkan melalui live instagram kedua perpustakaan tersebut. Bincang Pemilu ini mengangkat topik “Literasi Pemilu untuk Gen Z di Kampus: Kritis terhadap Informasi Hoax tentang Pemilu”. Topik hoax Pemilu yang dibungkus dalam perspektif literasi ini menciptakan angin segar dalam bahasan politik dan berhasil menggaet 92 partisipan dalam acara live tersebut.

Lintang Putri Kartiko Aji, Pustakawan Perpustakaan UNIMUS, menjadi salah satu pembicara pada live tersebut dan ditemani dengan rekan pembicara lainnya dari Perpustakaan UDINUS yaitu Amalia Isma dan Tri Indrawati yang merupakan mahasiswa Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan Universitas Diponegoro yang sedang melakukan kegiatan magang di Perpustakaan UDINUS. 

Di gempuran era digital ini, fenomena information flood atau banjir informasi tidak bisa dihindari dan menyebabkan seseorang sulit membedakan antara informasi yang bersifat fakta dengan hoax. Setiap Pemilu diadakan, sudah bisa dipastikan bahwa akan selalu ada pemilih muda yang baru pertama kali akan memilih, seperti Gen Z. Pemilih muda cenderung lebih mudah termakan hoax karena ini kali pertama mereka terjun langsung dalam dunia Pemilu.  Namun, hoax bisa dihindari dengan menjadi pribadi yang literate.

Literate diartikan sebagai memiliki literasi dalam diri seseorang. Faktanya, literasi bukan lah semata-mata hanya kegiatan membaca seperti yang selama ini dipahami secara umum. Literasi sejatinya adalah sebuah skill atau kemampuan seseorang dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi, mengevaluasi informasi, dan menerapkan etika dalam memanfaatkan serta menyebarkan informasi.

“Jadi memang benar kalau literasi dikatakan sebagai inti dari long life learning karena setiap hari kita pasti dihadapkan dengan informasi, harus bisa bijak dalam memilah informasi. Terutama di momen menjelang Pemilu seperti saat ini”, ucap Lintang, Pustakawan UPT Perpustakaan UNIMUS.

Literasi terdiri dari beberapa tahapan utama. Pertama adalah tahap identifikasi kebutuhan informasi. “Misalnya kita ingin mengetahui tentang track record salah satu paslon, nah itu kita bisa mencari informasi di internet dengan menggunakan kata kunci, tentunya yang sesuai. Skill pengembangan kata kunci menjadi bagian yang krusial dalam tahapan ini”, ucap Tri Indrawati, salah satu mahasiswa pemagang di Perpustakaan UDINUS.

Kedua, ini lah yang menjadi inti dari tahapan literasi, yaitu evaluasi informasi. Informasi yang didapatkan mengenai pemilu, tentunya perlu diseleksi agar terhindar dari hoax. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi pencipta informasi (who), tempat publikasi (where), dan kredibilitas. Pengecekan kredibilitas informasi yang didapatkan dari suatu sumber bisa dilakukan dengan melakukan cross fact check melalui sumber informasi lainnya yang terpercaya. Pembicara memberikan rekomendasi sumber informasi mengenai Pemilu, di antaranya website KPU, website Bijak Memilih, dan acara debat capres. 

Terakhir, pembicara menyampaikan perihal pentingnya etika dalam pemanfaatan dan penyebaran informasi. Hoax tentunya sangat berbahaya jika disebarluaskan karena berdampak juga pada orang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk mampu mengevaluasi kredibilitas informasi dengan mengetahui ciri-ciri hoax, sehingga kita tidak termasuk dalam orang yang termakan, terlebih menyebarluaskan hoax.

Perpustakaan Unimus